sumber : google |
Seperti telah diberitakan lewat media massa, baik cetak
maupun elektronik bahwa perang terhadap terorisme didunia ini terjadi setelah
gedung World Trade Centre (WTC) di AS, runtuh ditabrak dua pesawat pada 11
september 2001, pemerintah adikuasa ini kemudian menyatakan bahwa peristiwa itu
terjadi karena ulah teroris.
Lalu setelah serangkaian penyelidikan pihak berwenang
pemerintahan Paman Sam menyimpulkan bahwa kelompok Al-Qaidah pimpinan Osama bin
Laden berada di balik penyerangan gedung WTC.
Sejak saat itulah, perang terhadap terorisme dikumandangkan
Presiden AS George Walker Bush. Perang ini ditujukan untuk menumpas segala
bentuk terorisme di dunia dan menangkap Osama bin Laden.
Perang terhadap teroris ini didukung dan disambut sangat
antusias oleh sekutu-sekutu AS. Negara-negara Barat ini pun bersama-sama secara
serentak mempopulerkan perang terhadap terorisme ke seluruh penjuru dunia.
Namun pada akhirnya, cepat atau lambat, perang terhadap
terorisme ala bush ini telah menempatkan banyak kelompok islam di seluruh
penjuru dunia ini sebagai pihak yang di perangi . Perang terhadap terorisme AS
pada kenyataannya hanya membidik kelompok-kelompok Islam dan bukan dari
kelompok lainnya.
Tampaknya, Bush memiliki hidden agenda di balik motivasi
perang terhadap terorisme yang dikumandangkannya. Akibatnya, tak sedikit tokoh
terkemuka di dunia ini yang menyebutkan bahwa negara super power itu
sesungguhnya sedang memerangi Ideologi Islam yang dianggap sebagai ancaman AS
berikutnya setelah komunis runtuh.
Perang terhadap teroris ini tak hanya melibatkan pasukan dan
peralatan tempur yang memadai, tapi juga didukung jaringan media yang luar
biasa jumlahnya. Media mdia inilah yang kemudian membentuk opini publik, bahwa
perang terhadap terorisme yang sedang terjadi kini , ditujukan hanya untuk
kelompok-kelompok Islam.
Pendek kata, sejak perang terhadap terorisme digelorakan AS,
maka sejak saat itulah, terrorisme diidentikan dengan kelompok Islam.
Seolah-olah tidak akan pernah ada aktivitas terorisme dari kelompok lain ,
kecuali dari kelompok Islam saja.
Tampaknya, AS dan sekutu-sekutunya, memiliki definisi
sendiri terkait teroris , yakni sebagai sebuah aktivitas teror yang hanya
mungkin dilakukan kelompok Islam dan bukan dari kelompok lainnya.
Padahal dalam catatan sejarah, terorisme berkembang
sedemikian rupa, baik dari bentuknya yang paling sederhana hingga komplek,
maupun juga dengan para pelakunya yang memiliki latar belakang kebangsaan dan
agama berbeda-beda.
SILIH BERGANTI
Sejarah tentang terorisme , sesungguhnya telah berkembang
sejak beberapa abad lalu. Teror pada awalnya hanya cukup ditandai dengan sebuah
bentuk kejahatan murni, berupa pembunuhan dan ancaman untuk mencapai tujuan
tertentu.
Perkembangan teror bermula dari bentuk fanatisme aliran
kepercayaan yang kemudian berubah menjadi pembunuhan baik yang dilakukan secara
perorangan maupun kelompok terhadap penguasa yang dianggap sebagai tiran.
Pembunuhan terhadap individu ini dapat dikatakan sebagai
bentuk murni dari terorisme bila mengacu pada sejarah terorisme modern. Meski
istilah teror dan terorisme baru mulai populer abad ke-18 , tapi fenomena ini
bukanlah sesuatu yang baru.
Terorisme secara sistematis telah muncul sebelum Revolusi
Perancis seperti yang dituliskan dalam buku Political Terrorism (1982) karya
Grant Wardlaw. Tapi terorisme ini, baru tampak secara mencolok sejak paruh
kedua abad ke-19.
Kata terorisme berasal dari Bahasa Perancis “ le terreur”
yang semula dipergunakan untuk menyebut tindakan pemerinth hasil Revolusi
perancis. Pada waktu itu, pemerintah hasil revolusi mempergunakan kekerasan
secara brutaal dan berlebiihan dengan cara memenggal 40 ribu orang yang dituduh
melakukan kegiatan anti pemerintah.
Setelah digunakan di Perancis, kata teroris juga digunakan
untuk menyebut gerakan kekerasan anti pemerintah di Rusia. Sejak saat itu pula,
kata teroris telah dipergunakan untuk menyebut tindakan kekerasan oleh
pemerintah maupun kegiatan yang anti pemerintah.
Terorisme muncul kembali pada akhir abad 19 dan menjelang berlangsungnya Perang Dunia
I dan terjadi hampir di seluruh belahan dunia. Pada pertengahan abad ke 19 ,
terorisme mulai terjadi di Eropa Barat, Rusia, dan Amerika.
Aktivitas terorisme dipilih pelakunya karena mereka percaya
bahwa cara itu adalah yang paling efektif untuk melakukan revolusi politik
maupun sosial, yakni dengan cara membunuh orang-orang berpengaruh. Seperti yang
dilakukan rakyat Armenia saat berada dibawah pendudukan Turki.
Tapi karena terorisme rakyat Armenia pada sekitar 1890an ini
maka ketika PD I berlangsung , Turki melakukan pembalasan dengan melaksanakan
pembunuhan massal terhadap warga Armenia.
Pada masa-masa ini, aktivitas terorisme diidentikan sebagai
bagian dari gerakan sayap kiri yang berbasiskan ideologi. Lalu beberapa
pengamat menyepakati bahwa bentuk pertama terorisme , terjadi sebelum PD II ,
dimana terorisme dilakukan dengan cara pembunuhan politik terhadap pejabat
pemerintah.
Sedangkan bentuk kedua terorisme dimulai di Aljazair sekitar
1950an, yang dilakukan Front de Liberation Nationale (FLN). Aksi terorisme kala
itu mempopulerkan serangan bersifat acak terhadap masyarakat sipil yang tidak
bersalah. Hal ini dilakukan guna melawan terorisme negara. Pembunuhan itu
dilakukan dengan tuuan mendapatkan keadilan.
Lalu bentuk ketiga terorisme, disebutkan muncul pada sekitar
1960an dan terkenal dengan istilah sebutan “Terosrisme Media”. Aktivitas teror
ini berwujud serangan acak terhadap siapa saa dengan tuuan mendapatkan
publikasi.
Bentuk teror ini berkembang melalui tiga sumber, pertama
karena kecenderungan sejarah yang semakin menentang kolonialisme dan tumbuhnya
gerakan-gerakan demokrasi serta HAM. Kedua, pergeseran ideologis yang mencakup
kebangkitan fundamentalis agama, radikalis setelah era perang Vietnam dan
munculnya ide perang gerilya kota. Ketiga, kemajuan teknologi , penemuan
senjata canggih dan peningkatan lalu lintas .
Namun terorisme bentuk ketiga ini dianggap kurang efektif
dalam masyarakat yang ketika itu sebagian besar buata huruf dan apatis. Seruan
atau perujuangan melalui tulisan mempunyai dampak yang sangat kecil. Akan Lebih
efektif menerapkan “the philosophy of the bomb” yang bersifat eksplosif dan
sulit untuk diabaikan.
Kemudian ketika PD II usai, dunia tidak sepenuhnya mengalami
damai. Berbagai pergolakan berkembang dan berlangsung secara berkelanjutan.
Konfrontasi negara adikuasa yang meluas menjadi konflik Timur –Barat dan
menyeret beberapa negara dunia ketiga ke dalamnya sehingga menyebabkan
timbulnya konflik Utara-Selatan.
Perjuangan melawan penjajah, pergolakan rasial, konflik
regional yang menarik campur tangan pihak ketiga, pergolakan dalam negeri
disekian banyak negara dunia ketiga, maka hal ini membuat banyak negara labil
dan bergejolak.
Ketidaksetabilan dunia dan rasa frustasi dari banyak negara
berkembang dalam perjuangan menuntut hak-hak yang dianggap fundamental dan sah,
membuka peluang muncul dan meluasnya Terorisme, Akibatnya, fenomena terorisme
meningkat sejak permulaan dasa warsa 70-an.
Terorisme dan teror telah berkembang dalam sengketa
ideologi, fanatisme agama, perjuangan kemerdekaan, pemberontakan, gerilya,
bahkan juga oleh pemerintah sebagai cara dan sarana menegakan kekuasaannya.
Kini, terorisme yang marak belakangan ini adalah terorisme
gaya baru yang mengandung beberapa karakteristik, yakni maksimalisasi korban,
adanya keinginan untuk mendapatkan liputan dimedia massa, tidak ada klaim
terhadap terorisme yang sudah dilakukan, dan serangan teroris tidak pernah bisa
diduga karena sasarannya sangat luas.
AKSI TERORIS
Terorisme yang pernah muncul dalam sejarah panjang
perjalanan umat manusia di bumi ini, sesungguhnya terjadi karena terinspirasi
berbagai motivasi. Motif terorisme, beberapa diantaranya dapat terjadi karena
membebaskan tanah air, memisahkan diri dari pemerintahan yang sah (Separatis).
Dan sebagai proses sistem sosial yang berlaku.
Pejuang palestina karena alasan ingin membebaskan tanah
airnya dari penjajahan Israel, maka pada 15 November1988 memproklamasikan
kemerdekaannya di Aljazair. Bagi Israel, semua pejuang Palestina, apapun
bentuknya digolongkan ke dalam kelompok teroris.
Begitu pula dengan Irish Republica Army (IRA) yang dianggap
teroris oleh pemerintah Inggris. Aktivitas IRA dengan segala bentuk kegiatannya
yang ingin memisahkan diri dari pemerintah Inggris memberikan cap sebagai
teroris.
Tak hanya itu , sebagai protes terhadap sistem sosial yang
berlaku, Brigade Merah Italia berjuang membebaskan Italia dari kaum kapitalis
multinasionalis. Tapi karena kelompok ini sebagai ancaman oleh pemerintah yang
sedang berkuasa, maka brigade ini dimasukan dalam kelompok teroris.
Memang sejarah mencatat, dalam menyingkirkan musuh-musuh
politiknya, seseorang atau sebuah kelompok , banyak menggunakan cara cara
kekerasan seperti pembunuhan. Cara ini dilakukan pula oleh Khadafi yang
menggunakan pembunuh bayaran Eropa untuk mengeksekusi PM Libya A Hamid Bakhoush
ketika sedang berada di Mesir.
Dalam perjalanannya aksi aksi terorisme ini juga mengalami
perkembangan dimana terjalin kerjasama antara kelompok terorisme. Meski tidak
ada konspirasi Internasional yang jelas antar kelompok terorisme , tapi fakta
yang ada menunjukan terjadinya peningkatan kerjasama antara kelompok teroris di
dunia.
Kerjasama ini bisa berwujud bantuan tenaga ahli, tempat
perlidungan, bahkan partisipasi dalam melakukan operasi bersama. Berkembangnya
kerjasama ini , pada akhirnya menjadikan efisiensi dari operasional kelompok
terorisme tersebut serta daerah operasional kelompok terornya juga meningkat.
Uniknya, di beberapa negara tertentu , pemerintah setempat
justru mendukung adanya kerjasama antar kelompok teroris ini. Penguasa setempat
justru memberikan dukungan logistik, mengorganisir pertemuan antar pimpinan
dari kelompok yang berbeda serta memberikan bantuan dalam pelaksanaan
operasinya.
Pemerintah model ini menganggap penggunaan terorisme
tersebut adalah sebuah alternatif lain dari perang konvensional . Konon, mereka
memanfaatkan kelompok teroris ini sebagai tentara cadangan mereka.
Beberapa peristiwa terkait kerjasama antar kelompok teroris
di dunia ini, antara lain terjadi ketika berlangsung pertemuan badawi pada
1971, pertemuan Larnaca di Siprus pada 1997, dan kasus pemboman Konsulat AS di
Pakistan pada 2002.
Pada pertemuan di Badawi, dihadiri berbagai perwakilan
organisasi teroris Eropadan Timur Tengah. Realisasi dari pertemuan ini
memunculkan aksi terorisme, yakni sebuah serangan ke lapangan terbang Tel Aviv
pada Mei 1972.
Sedangkan pertemuan Larnaca bisa terjadi karena semangat
yang pernah dibangun dalam pertemuan di Badawi. Hasil pertemuan ini adalah
mengembangkan kerjasama taktis dalam hubungan saling bantu dan saling
memperkuat antar kelompok teroris.
Kelompok-kelompok yang turut serta dalam pertemuan-pertemuan
itu sangat menyadari bahwa kerjasama mutlak dilakukanuntuk menjamin kesuksesan yang
lebih besar dalam aksi skai teror berikutnya. Mereka sangat menyadari ,
kemampuan yang dimiliki masing-masing organisasi akan lebih maksimal output nya
bila melakukan kerjasama lebih luas dengan organisasi lain yang serupa.
Dalam kasus pemboman konsulat Amerika di Pakistan,
Disebut-sebut Al Qaeda mendanai sejumlah teroris sektarian lokal Pakistan guna
perencanaan pemboman. Saat waktu yang ditentukan tiba. Sebuah bom meledak
dengan dahsyat diluar gedung konsulat AS sehingga menewaskan 12 warga Pakistan.
Jadi sudah sangat jelas dalam perjalanan sejarah, bahwa
terorisme telah dilakukan oleh banyak suku bangsa diseluruh penjuru duniaini.
Mereka memiliki agama, ideologi dan keyakinan yang berbeda. Tapi yang pasti,
terorisme tersebut muncul karena adanya ketidakadilan yang mereka rasakan
sehingga memunculkan perlawanan.
Namun demikian, sejak AS dan sekutunya mempelopori perang
terhadap terorisme, maka terorisme seolah-olah hanya dilakukan oleh kelompok
Islam saja. Bahkan AS rela mencabut negara Korea Utara dari daftar negara
teroris dunia, padahal sudah sangat jelas bahwa negara itu sangat menentang
kepentingan AS dimana saja.
sumber : INTELEJEN