Minggu, 09 November 2014

Tradisi Baritan di Desa Cilamaya Hilir Kecamatan Blanakan



Dusun Wanakersa - Desa Cilamaya Hilir, 6 November 2014

Sore itu sengaja saya menyempatkan hadir untuk melihat tradisi yang sudah lama tak dilakukan didesa, sambil mengulang kembali romantisme masa kanak-kanak saya. Tradisi yang dimaksud yaitu Baritan. Sebelumnya kamu sudah tahu Baritan itu apa !?!? kalau belum, oke akan saya jelaskan.

Pada umumnya orang Jawa tradisional sangat menyukai acara Selamatan, mereka melakukan ini bertujuan untuk mendapatkan slamet (keselamatan) dalam artian tidak mendapat gangguan berupa penyakit, kesulitan alamiah maupun gaib dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

Istilah Baritan berasal dari bahasa Sunda, yakni dari kata buritan, yang memiliki arti waktu menjelang maghrib karena berkaitan dengan waktu penyelenggaran acara tersebut antara pukul 16:00-18:00. Namun ada yang mengatakan, Baritan berasal dari kata mbubarake peri lan setan (mengusir hantu dan setan).

Anggota masyarakat yang akan melaksanakan upacara Baritan membuat nasi tumpeng dilengkapi dengan lauk-pauk. Nasi tumpeng ini bukan suatu keharusan. Artinya, kalau memang tidak mampu menyediakan atau membuat nasi tumpeng bisa diganti dengan kue-kue atau buah-buahan saja.

Jalannya Upacara
Bapak amil sedang memberikan sambutan




Salah satu panitia memukul kentongan untuk memanggil warga agar berkumpul di pinggir perempatan jalan. Setelah warga berkumpul, hidangan yang mereka bawa ditaruh ditengah sedangkan para warga duduk melingkar. Acara dimulai dengan pembakaran kemenyan, dilanjut dengan sambutan oleh orang yang dituakan, kemudian membacakan tahmid dan tahlil secara bersama-sama. Setelah berdoa agar desa terhindar dari bala dan bencana. Acara selanjutnya makanan yang dibawa kira-kira di bagi dua, kemudian separuhnya dikumpulkan oleh panitia untuk diberikan kepada tetangga yang lain
, ini di maksudkan bahwa tidak ada pembedaan kelas diantara masyarakat tersebut.

Baritan dilaksanakan pada bulan Muharam oleh seluruh warga kampung yang ada pada RT tersebut, tidak ada batasan umur untuk warga yang boleh ikut baritan. Mulai dari anak bayi sampai orang tua boleh ambil bagian dalam baritan. Dengan mengajak anak-anak berharapan agar tetap ada yang melestarikan budaya tersebut.

Masyarakat sangat antusias akan adanya tradisi baritan, karena selain untuk mendoakan keselamatan juga untuk menyambung tali silaturahmi. Mungkin dalam kesehariannya ada yang sibuk dengan urusan kerja, dengan adanya baritan ini mereka bisa saling bertemu dan mengobrol basa-basi. Disini juga melebur antara warga kaya ataupun miskin, mereka duduk bersama, bercanda bersama.

Selain itu, baritan juga diadakan rutin setahun sekali, maka dari itu banyak warga yang tidak mau melewatkan momen bersejarah ini. Bahkan ada yang sengaja sejenak meniggalkan kesibukannya hanya untuk demi tradisi baritan. Tetapi itu tidak semuanya yang melakukan, karena sebagian besar warga Desa bermata pencaharian sebagai petani. Kesimpulannya tanggapan masyarakat dengan adanya tradisi baritan ini ialah sangat antusias, karena berbagai faktor diatas yang menyebabkan tradisi baritan selalu berkesan dan terus berkembang hingga saat ini.


Panitia sedang mengumpulkan makanan 1 (Dok Pribadi)







Panitia sedang mengumpulkan makanan 2 (Dok Pribadi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar