Selasa, 04 November 2014

Asal Persenjataan Kelompok Separatis



Bisnis jual beli senjata adalah sebuah bisnis bernilai besar. Setidaknya dunia mengeluarkan dana sebesar US$ 1,7 Triliun untuk keperluan militer pada tahun 2013, demikian yang umumkan Institut Riset Perdamaian Internasional di Stockholm (SIPRI) hari Senin (14/04/14). Mendekati nilai jual pada saat perang dingin berlangsung. sumber

Jika melihat angka penjualan di atas, tidak diragukan lagi bahwa bisnis perdagangan senjata internasional, adalah sebuah transaksi internasional yang bernilai tinggi. Selain itu transaksi jual beli tidak hanya melibatkan produsen senjata berupa perusahaan penghasil senjata, tetapi juga melibatkan negara, organisasi internasional dan kelompok bersenjata sebagai konsumennya.

Sebagai sebuah transaksi perdagangan, perdagangan senjata memerlukan subjek hukum untuk melakukan perjanjian jual beli. Jika melibatkan dua negara berbeda, maka perjanjian jual beli itu termasuk jual beli internasional yang harus tunduk patuh pada hukum internasional mengenai perdagangan internasional berupa konvensi internasional.

Lalu bagaimana dengan kelompok separatis, apakah kelompok separatis bisa membeli senjata dari sebuah negara produsen ?. Jawabnya tidak, karena kelompok separatis tidak dianggap sebagai sebuah subjek hukum dalam hukum internasional, sehingga kelompok separatis tidak bisa menjadi pihak dalam peranjian jual beli.

Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana kelompok separatis yang ada di dunia, termasuk di indonesia mendapatkan beragam senjata untuk mengadakan perlawanan dengan sebuah negara.
Jawaban atas pertanyaan tersebut sebenarnya ada disuatu tempat. Pasar Gelap senjata dimana semua kebutuhan akan segala jenis senjata tersedia. Namun untuk mendapatkan senjata dari pasar gelap, kelompok separatis haruslah berhubungan dengan makelar senjata yang sering disebut dengan “Lord of War”.

Cara lainya adalah mendapatkan dari negara asing yang mendukung pergerakan separatis itu, itupun tetap harus melalui seorang broker senjata/”Lord of War”, krena seperti sudah disebutkan sebelumnya, kelompok separatis tidak diakui sebagai subjek hukum.

Selain tidak diakui nya kelompok separatis sebagai subjek hukum, sehinggga tidak dapat melakukan perjanjian jual beli dengan negara pendukung. Negara pendukung separatais juga harus tetap menjaga citranya agar tetap terlihat netral di negara yang sedang mengalami pemberontakan.
Diindikasikan negara-negara seperti Amerika Serikat, Russia, Uni Eropa dan beberapa negara di kawasan Asia terlibat dalam peredaran senjata gelap yang jatuh ke tangan kelompok separatis. Semuanya dapat dilakukan dengan adanya jasa seorang “Lord of War”.


Pasar Gelap

Sudah menjadi rahasia umum, jika tidak bisa membeli senjata dari negara asal produsen, maka datanglah ke pasar gelap senjata, di mana semua jenis senjata yang dibutuhkan kelompok separatis bisa ditemukan bahkan dengan harga dibawah harga pasaran. Pasar gelap senjata menyediakan berbagai senjata , mulai dari pisau komando, pistol, senapan serbu, bahan peledak bahkan rudal sekalipun.

Asal barangnya pun bermacam-macam, ada yang sisa perang, sisa gudang yang sudah dihapus dalam inventaris, atau langsung dari pabrikan. Semuanya tergantung permintaan si pembeli.
Yang menarik adalah senjata-senjata tersebut berasal dari negara-negara yang ternyata memang menjadi produsen senjata seperti Rusia, Cina, AS, Uni Eropa bahkan menurut beberapa kabar Indonesia juga termasuk yang bermain.

Dari semua jenis senjata yang diperdagangkan di pasar gelap, senapan serbu Kalashnikov AK-47 adalah senjata favorit kelompok separatis dan pemberontak, karena terkenal dengan daya tahan dan daya hancurnya yang mematikan. 

Senapan jenis AK-47 ini mudah didapat, karena masih banyak senapan ex- Uni Soviet yang beredar. Apalagi senapan ini juga telah diproduksi tidak hanya di Uni Soviet (Rusia), tapi juga diproduksi oleh Cina, Korea Utara, Republik Ceko, Polandia dan lainnya. Sehingga kelompok separatis mudah mendapatkannya di pasar gelap belahan dunia manapun, melalui seorang broker senjata.
Selain senjata AK-47 , senjata terkenal lain yang dapat dijumpai dipasar gelap adalah pistol buatan Glock dan senapan serbu Heckler & Koch HK 416 buatan Jerman. Bahkan rudal SA-7 pun bisa ditemui di pasar gelap. 
Kalashnikov AK-47 (wikipedia)
Salah Satu jenis pistol Glock (wikipedia)  

H&K 416 (wikipedia)
NATO menyebutnya SA-7 Grail (wikipedia)



Salah satu “Lord of War” paling terkenal dimuka bumi, yang banyak memasok senjata gelap bagi kelompok separatis adalah Viktor Anatolyevich Bout. Dia memanfaatkan kekacauan politik dan ekonomi di Rusia pada 1990 an dimana di Rusia dan negara satelitnya yang tersebar pabrik pabrik senjata yang memproduksi senjata AK-47, jutaan renteng amunisi, ranjau darat, misil darat ke udara, panser, senapan sniper, dan peralatan pengintai malam, tiba-tiba tidak beroperasi. Keadaan ini membuat warga yang bekerja di negara-negara itu tidak bisa membeli bahan kebutuhan pokok. Sehingga banyak pekerja yang menjual senjata yang berasal dari pabrik, kepada orang-orang seperti Viktor Bout.

        
Viktor Anatolyevich Bout (wikipedia)
Pasukan pemberontak Kongo adalah kelompok separatis yang pernah mendapatkan jasa pelayanan broker senjata macam Viktor Bout, dimana senjata didapatkan langsung dari pabriknya, dikirim menggunakan pesawat ke bandara perintis di kawasan Kongo, dengan kamuflase layaknya spionase.
Hal sama juga dilakukan oleh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ketika konflik Aceh masih terjadi . menurut informasi yang beredar, GAM mendapatkan pasokan senjata dari arah utara, seperti Kamboja dan Thailand melewati laut selatan, melintas ke Batam atau melingkar ke pulau Jawa. Menurut data INTELIJEN , pasoka senjata GAM memang berasal dari luar negeri, seperti dari Filipina dan Thailand, yang memang sama-sama memiliki gerakan separatis berbasis agama, MILF dan Patani.

Lalu bagaimana kelompok MILF dan Patani mendapatkan senjata, sama seperti gerakan separatis lainya, MILF dan Patani mendapatkan senjata dari pasar gelap, dengan memanfaatkan jasa broker senjata. Ditambah dengan banyaknya kaum muslim Filipina dan Thailand yang ikut berperang dengan Mujahidin Afghanistan ketika perang melawan Uni Soviet, maka tidaklah sulit untuk dua kelompok ini mendapatkan senjata dipasar Gelap.



Negara Pendukung

Walau tidak secara resmi menyatakan mendukung aksi separatisme di sebuah negara, tapi toh keterlibatan suatu negara karena adanya kepentingan di wilayah tersebut, adalah suatu hal mungkin saja terjadi.

Kelompok Separatis ETA yang
Ingin memerdekakan Basque dari Spanyol
Separatis Euskadi Ta Askatasuna (ETA) di Spanyol misalnya, selain mendapatkan senjata berupa Sten-gun buatan Inggris, “Marreta” buatan Israel dan pistol buatan Ceko dari pasar gelap. Kelompok separatis ini mendapatkan sokngan senjata dari Fabrique Nationale Herstal (FNH) Belgia. Belgia ikut terlibat dengan kelompok separatis ETA, karena sudah sejak lama, negara ini menjadi pelarian anggota komunis, dan dijadikan tempat rekrutmen anggota bagi pihak Republikan. Ceko juga termasuk yang mendukung ETA sebelum kejatuhan komunis 1989. Negara yang berada di Eropa Timur ini mendukung perjuangan ETA, dengan memasok berbagai jenis senjata dan amunisi asal blok timur melalui pasar gelap.

AS pun tidak luput dari tindakan seperti ini. Paman Sam pernah memberikan dukungan berupa pembelian senjata bagi Kelompok Mujahidin  Afghanistan, ketika berperang membebaskan diri dari Uni Soviet. Saat itu , AS menyuplai senjata berupa senapan serbu AK-47 dari pasar gelap, Helikopter militer, hingga Rudal panggul anti Pesawat Stinger. Semuanya dilakukan AS dengan alasan, menjaga agar Komunis tidak menyebar di Kawasan Asia Tengah.

AS juga menyuplai senjata kepada Taiwan yang dianggap masih menjadi bagian dari Wilayah Republik Rakyat Cina, dengan menjual berbagai senjata mulai dari Senapan, Rudal hingga Pesawat Tempur.

Tidak hanya negara-negara besar, Indonesia pun sempat dituduh ikut menyelundupkan senjata kepada kelompok separatis Filipina tahun 2009 lalu, dengan ditemukannya paket kiriman senjata SS-1, dan Galil yang berada di kapal yang sedang menuju Filipina.
Kabar itu sendiri kemudian dibantah Pindad selaku produsen SS-1, dan pemerintah, karena menurut keterangan dua pihak tersebut, Pindad hanya menjual senjata kepada pihak perwakilan resmi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar